METODE PENULISAN SEJARAH
1. Metode
Penulisan Sejarah
Menurut Dudung
Abdurahman, metode penelitian sejarah menggunakan aturan dan prinsip sistematis
untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara
kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. Menurut
Nugroho Notosusanto, metode sejarah mempunyai empat langkah kegiatan, yaitu Heuristik, Kritik Sumber (verifikasi),
Interpretasi dan Historiografi.
a.
Heuristik
Heuristik
merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan
dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang nantinya digunakan
sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi sejarah. Heuristik diperoleh dari dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari
seorang saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri dan mengalami sendiri
peristiwa tersebut . Sumber sekunder
yaitu kesaksian dari saksi orang lain.
Sumber primer dan sekunder yang digunakan dalam penulisan ini berupa buku-buku,
dokumen dimana buku tersebut ditulis oleh orang yang menyaksikan peristiwa
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Adapun sumber primer yang diperoleh antara
lain:
Ahmadinejad, Mahmoud.
“Hoviyar-e Iran dar New York & Goftar Ravesh Iranian”. a.b. Purkon Hidayat.
(2008). Ahmadinejad Menggugat!.
Jakarta: Zahra.
Sumber
sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan
mata, yakni seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya.
Menurut IG Widja, sumber sekunder yaitu kesaksian dari saksi orang lain. Adapun
sumber sekunder dalam penulisan ini diantaranya adalah:
Ansari,
Ali M. 2008. “Confronting Iran”. a.b Syamsul Wardi. Supremasi Iran. Jakarta: Zahra.
D.
Danny H. Simanjuntak. (2007). Ahmadinejad
Menentang Amerika, dari Nuklir Iran, Zionisme Hingga Penyangkalan Holocaust.
Yogyakarta: Narasi.
Mohammad
Shoelhi. (2006). Di Ambang Keruntuhan
Amerika. Jakarta: Grafindo.
Muhammad
Alcaff. (2008). Perang Nuklir? Militer
Iran. Jakarta: Zahra.
Muhsin
Labib, dkk. (2006). Ahmadinejad: David Di
Tengah Angkara Goliath Dunia. Bandung: Mizan.
b.
Kritik Sumber
Kritik sumber berarti usaha untuk menilai, menguji, serta
menyeleksi sumber-sumber yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan sumber yang
autentik (asli). Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat otentisitas (keaslian sumber) dan tingkat kredibilitas sehingga
terhindar dari kepalsuan. Kritik sumber terdiri atas kritik intern dan kritik
ekstern.
1)
Kritik Intern
Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk
meneliti kebenaran isi dokumen atau tulisan tersebut.
Kritik
intern ini digunakan untuk menguji sejauh mana kredibilitas sumber yang telah
terkumpul tersebut. Kritik intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah
dokumen/sumber sejarah. Misalnya dengan cara membandingkan sumber satu dengan
lainnya.
2)
Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah kritik sumber yang digunakan untuk
mengetahui keaslian sumber yang digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang
digunakan dalam penulisan. Sebagai
contoh adalah buku dari Ahmadinejad sendiri.
c.
Interpretasi
Interpretasi
yaitu proses menafsirkan fakta sejarah yang telah ditemukan melalui proses
kritik sumber sehingga akan terkumpul bagian-bagian yang akan menjadi fakta
serumpun. Pada tahap interpretasi atau penafsiran ini penulis melakukan
penafsiran terhadap sumber-sumber yang sudah mengalami kritik ekstern dari
data-data yang diperoleh guna menyambungkan fakta-fakta yang masih berserakan.
Interpretasi
atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektifitas. Sebagian itu benar,
tetapi sebagian itu salah. Benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak
dapat berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan
darimana itu diperoleh. Itulah sebabnya, subjektifitas penulis sejarah diakui,
tetapi untuk dihindari. Menurut pembagiannya, interpretasi ada dua macam, yaitu
analisis yang berarti menguraikan, dan sintesis yang berarti menyatukan.
d.
Historiografi (Penulisan Sejarah)
Ketika
sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan daya pikirannya, bukan
saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi
yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena
pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil
penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan yang utuh yang disebut
historiografi.
Historiografi
secara harfiah berarti penulisan. Tahap ini merupakan penyajian atas berbagai
fakta yang telah terkumpul. Di tahap ini juga fakta-fakta sejarah
diinterpretasikan dan kemudian penulis menyampaikan sintesis yang diperoleh
dari penelitian yang dilakukan dan disampaikan dalam bentuk karya ilmiah atau
tulisan. Historiografi juga merupakan tahapan akhir penulis untuk menyajikan
semua fakta ke dalam bentuk tulisan.
2.
Pendekatan Penelitian
Penulisan
suatu karya sejarah tentunya juga diperlukan suatu pendekatan-pendekatan dengan
ilmu-ilmu sosial yang lain, karena pada hakikatnya, sebuah ilmu tidak dapat
berdiri sendiri dan berkaitan dengan ilmu lain, atau sering disebut
interdisipliner. Peristiwa sejarah yang terjadi disebabkan faktor-faktor yang
cukup kompleks. Kompleksitas peristiwa sejarah akan dapat diuraikan tidak hanya
sebagai kesatuan ekonomi, politik, sosial, religi, dan sebagainya, akan tetapi
interaksinya dan mana yang dominan.
Proses
merekonstruksi sejarah membutuhkan pendekatan multidimensional. Dengan ini
dimaksudkan agar dalam penggambaran suatu peristiwa sejarah akan lebih
menyeluruh dan mudah dipahami. Untuk menganalisis lebih sebuah karya, maka
diperlukan metodologi dan teori yang dilihat dari sudut pandang atau pendekatan
sesuatu.
Selain
itu penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan,
yakni dari segi kita memandang dimensi yang akan diperhatikan, unsur-unsur yang
diungkapkan dan lain sebagainya. Suatu penelitian sejarah akan lebih sempurna
apabila menggunakan pendekatan multidimensional. Pendekatan multidimensional
dimaksudkan supaya pengungkapannya lebih bulat dan tuntas serta terhindar dari
subjektifitas.
Pendekatan
dari berbagai aspek diharapkan dapat menghasilkan karya tulis sejarah yang
dikaitkan dengan masalah-masalah dalam ilmu-ilmu sosial.
Pendekatan
politik didefinisikan oleh miriam budiardjo adalah sebagai macam kegiatan dalam
suatu sistem politik menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu
dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik mengandung konsep-konsep tentang
tata negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan pembagian dari
sumber-sumber yang ada.
Pendekatan
geografis adalah pendekatan yang menyoroti tentang permukaan bumi, iklim,
penduduk, floram fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.
Pendekatan
sosiologis menurut Sartono Kartodirdjo adalah suatu pendekatan yang digunakan
untuk meneropong segi-segi sosial berkaitan dengan peristiwa yang dikaji.
Pendekatan
ekonomi merupakan penjabaran dari konsep-konsep ekonomi sebagai pola
distribusi, alokasi dan konsumsi yang berhubungan dengan sistem sosial dan
stratifikasinya yang dapat mengungkapkan peristiwa atau fakta dalam keadaan
ekonomi sehingga dapat dipastikan hukum dan kaidahnya.
Pendekatan
Antropologis adalah pendekatan yang dikembangkan untuk mempelajari masalah-masalah
budaya.
Pendekatan
militer bertujuan untuk memahami adanya sekelompok orang yang diorganisasikan
dengan disiplin militer yang memiliki tujuan untuk bertempur dan memenangkan
peperangan guna mempertahankan ideologi dan memelihara eksistensi negara.
Pendekatan
agama merupakan pendekatan yang meliputi aspek dari agama, baik aspek ide
maupun aspek perwujudan dalam kenyataan, dari masalah keyakinan dan ajaran yang
dimiliki oleh suatu agama sampai pengaruh agama pada kehidupan masyarakat
pemeluknya.
Daftar
Pustaka
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 14;
43-44.
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak,
2007, hlm.132;
153.
IG
Widja, Sejarah Lokal Suatu Perspektif
dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Depdikbud, 1989, hlm.18.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Bentang Budaya, 2001, hlm.99; 100-110.
Miriam
Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Jakarta: Gramedia, 1992, hlm.8.
Nugroho
Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian
Penulisan Sejarah. Jakarta : Dephankam, 1971, hlm.35.
___________________,
Sejarah dan Hankam, Jakarta: Dephankam.,
1968, hlm.30.
Sartono
Kartodirdjo, Pemikiran Dan Perkembangan
Historiografi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1982, hlm.71.
__________________, Pendekatan Ilmu
Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1992. hlm.63.
Sidi
Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu,
Jakarta: Bhratara, 1996, hlm.32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar